Selasa, 17 Januari 2012

Rumah Adat KALIMANTAN BARAT



RUMAH ADAT MELAYU / KERATON KHADARIYAH PONTIANAK  
Keraton Kadariah Pontianak adalah pusat Pemerintahan Pontianak tempo dulu, struktur bangunan dari kayu yang kokoh, didirikan oleh Sultan Syarief Abdurrahman Alqadrie pada tahun 1771. Keraton ini memberikan daya tarik khusus bagi para pengunjung dengan banyaknya artefak atau benda-benda bersejarah seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun temurun sejak jaman dahulu. Disamping itu, koleksi tahta, meriam, benda-benda kuno, barang pecah belah dan foto keluarga yang telah mulai pudar, menggambarkan kehidupan masa lalu.
          Terdapat mimbar yang terbuat dari kayu, serta ada pula cermin antik dari perancis yang berada di aula utama yang oleh masyarakat setempat sering disebut “kaca seribu”. Sultan juga meninggalkan harta-harta pusaka dan benda-benda warisan lainnya kepada anggota keluarga yang masih ada, untuk dipelihara dan dirawat. Keraton kadariah yang berada di daerah kampung dalam bugis, kecamatan Pontianak Timur ini, dapat di capai dalam waktu kurang lebih 15 menit dari pusat Kota Pontianak.





Rumah Betang Suku Dayak

Setiap suku punya cara hidup yang unik.Mulai dari berpakaian, cara makan hingga tempat tinggal mereka.Begitu pula yang dialami suku Dayak yang tinggal di rumah Betang. Rumah Betang ini adalah rumah panggung yang sangat besar dan luas. Orang-orang sering menyebutnya sebagai rumah Lamin atau rumah Panjang .Panjang rumah ini mencapai 150 m dan lebarnya 30 m. Suku Dayak tinggal  di rumah itu dengan beberapa keluarga. Karena besar dan luas, rumah betang mampu menampung hingga 150 orang. Masing-masing keluarga di pisah dengan bilik-bilik berpintu. Kemudian, ada satu ruangan besar yang digunakan untuk berlalu lalang, berkumpul dan melakukan kegiatan bersama, kira-kira fungsi ruangan itu mirip sebuah teras. Pada umumnya, rumah Betang berdiri di atas ketinggian 5 m dari tanah, panggung yang tinggi ini dibuat berguna untuk menghindari serangan binatang buas dan banjir saat musim hujan tiba. Penghuninya naik turun rumah melalui hejot, yakni batang kayu bulat yang di takik sehingga mudah di tapaki kaki., Lebih dari bangunan untuk tempat tinggal suku Dayak, sebenarnya rumah Betang adalah jantung dari struktur sosial kehidupan orang Dayak. Budaya Betang merupakan cerminan mengenai kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari orang Dayak. Di dalam rumah Betang ini setiap kehidupan individu dalam rumah tangga dan masyarakat secara sistematis diatur melalui kesepakatan bersama yang dituangkan dalam hukum adat. Keamanan bersama, baik dari gangguan kriminal atau berbagi makanan. Suka-duka maupun mobilisasi tenaga untuk mengerjakan ladang. Nilai utama yang menonjol dalam kehidupan di rumah Betang adalah nilai kebersamaan( komunalisme ) diantara para waega yang menghuninya, terlepas dari perbedaan-perbedaan yang mereka miliki. Dari sini kita mengetahui bahwa suku Dayak adalah suku yang menghargai suatu perbedaan. suku Dayak menghargai perbedaan etnik,agama ataupun latar belakang sosial.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar