Beberapan
sastra lisan yang ada di daerah ini antara lain:
- Bekana merupakan cerita orang tua masa lalu yang menceritakan dunia khayangan atau Orang Menua Pangau (dewa-dewi) dalam mitologi Dayak Ibanik: Iban , Mualang, Kantuk, Desa dan lain-lain.
- Bejandeh merupakan sejenis bekana tapi objek ceritanya beda.
- Nyangahatn, yaitu doa tua pada masyarakat Dayak Kanayatn.
Pada suku
Dayak Uut Danum, sastra lisannya terdiri dari Kollimoi (zaman kedua), Tahtum
(zaman ketiga), Parung, Kandan dan Kendau. Pada zaman tertua atau pertama
adalah kejadian alam semesta dan umat manusia. Pada sastra lisan zaman kedua
ini adalah tentang kehidupan manusia Uut Danum di langit. Pada zaman ketiga
adalah tentang cerita kepahlawanan dan pengayauan suku dayak Uut Danum ketika
sudah berada di bumi, misalnya bagaimana mereka mengayau sepanjang sungai
Kapuas sampai penduduknya tidak tersisa sehingga dinamakan Kopuas Buhang
(Kapuas yang kosong atau penghuninya habis) lalu mereka mencari sasaran ke
bagian lain pulau Kalimantan yaitu ke arah kalimantan Tengah dan Timur dan
membawa nama-nama daerah di Kalimantan Barat, sehingga itulah mengapa di
Kalimantan Tengah juga ada sungai bernama sungai Kapuas dan Sungai Melawi.
Tahtum ini jika dilantunkan sesuai aslinya bisa mencapai belasan malam untuk
satu episode, sementara Tahtum ini terdiri dari ratusan episode. Parung
adalahsastra lisan sewaktu ada pesta adat atau perkawinan. Kandan adalah bahasa
bersastra paling tinggi dikalangan kelompok suku Uut Danum (Dohoi, Soravai,
Pangin, Siang, Murung dan lain-lain)yang biasa digunakan untuk menceritakan
Kolimoi, Parung, Mohpash dan lain-lain. Orang yang mempelajari bahasa Kandan
ini harus membayar kepada gurunya. Sekarang bahasa ini sudah hampir punah dan
hanya dikuasai oleh orang-orang tua. Sementara Kendau adalah bahasa sastra
untuk mengolok-olok atau bergurau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar